Tuesday, July 29, 2014

"Orang-orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri. Ia tak kuasa lagi membedakan mana yang benar-benar nyata, mana yang hasil kreasi hatinya yang sedang memendam rindu. Kejadian-kejadian kecil, cukup sudah untuk membuatnya senang. Merasa seolah-olah itu kabar baik. Padahal, saat ia tahu kalau itu hanya bualan perasaannya, maka saat itulah hatinya akan hancur berkeping-keping. Patah hati! Menuduh seseorang itu mempermainkan dirinya. Lah, siapa yang mempermainkan siapa, coba?"
-Berjuta Rasanya (2012)

Saturday, July 26, 2014

Ada lagi yang mengganjal.
Menghalangi aku berpikiran jernih, tak ijinkan aku ikhlas berbahagia. Meminta aku memikirkannya berkali-kali supaya aku terbiasa.
Lisanku tak akan pernah ungkapkan. Walau batinku berseru kencang, walau batinku meronta kebingungan. Sejuta kata batin tak akan ditutur lisan. Ia ahli membungkamkan.
Padahal aku sudah mati sepi sendiri. Aku sudah lelah berlari mengejar.
"Jangan dikejar,
Nanti kamu kelelahan."
Begitu kata-katanya.
Hanya dengan begitu aku biarkan pergi. Aku biarkan mencari sendiri. Aku tak lagi mengikuti.
Aku biarkan sendiri. Aku berharap bisa mengerti.

Friday, July 18, 2014

#6

Jika aku meratap kemarin
Terus mengharap lalu
Mengenang yang dulu terjadi
Menangisi yang telah hilang
Pastilah aku hilang akal
Karna nyatanya kau tak dibelakang
Selama ini kau didepan
Kau slalu satu langkah didepan
Bisa kau hancurkan semburat asa yang tercetak jelas di wajah letihku, atau
Bisa kau kokohkan jatiku yang bersembunyi di balik bayang-bayang
Bisa kau minta aku untuk pergi dan jangan pernah kembali lagi
Tetapi, bisa juga kau minta aku kembali menatap senja;
Berharap pada bintang-bintang;
Menitipkan salam pada rembulan
Engkau mungkin merusakkan
Atau mungkin menguatkan
Kini bukan lagi tentang aku
Ini tentangmu,
Dan semua pilihan terdapat di dua tanganmu.

Just tell every other people in this world who get to see your smile everyday, laugh with you, talk freely with you, walk with you everyday; tell them i want to be them right now.

Friday, July 11, 2014

#5

Kadang, saya terlalu jatuh cinta dengan bayang-bayang masa lalu. Satu-satunya hal yg saya yakini takkan pernah berubah. Ya, ia pencuri yg dijuluki kenangan. Ia menyita waktu saya. Tak pernah saya tahu apakah pencuri itu pantas mendapatkan sedikit tempat di hati dan kepala saya. Padahal saya selalu mengerti bahwa ia takkan melepaskan saya pergi begitu saja. Ia menjaga jarak saya. Tak dekat, tak jauh. Tak terbang tinggi, namun juga tak turun ke bumi. Saya masih berusaha memahami, manakah yg harus saya lebih terima, kenyataan; atau kenangan? Apakah saya harus melihat ke belakang sembari menjalani ke depan, atau apakah saya harus melihat ke depan dan membuang jauh yg lalu? Entah. Malam-malam saya kini tak berarti apapun. Saya lebih menunggu mentari. Saya lebih menghargai munculnya ia di ufuk timur. Saya lebih menunggu hangatnya sinar matahari yg menghangatkan daripada bulan yg dingin. Saya tak pernah lagi bercerita pada bulan. Tak pernah lagi menitip rindu pada bintang-bintang. Tak lagi. Takkan lagi. Bukan sekarang, bukan saat ini. Saya ingin mencari lagi pelajaran yg saya dapat kemarin. Saya masih belum mengerti apa arti semua itu. Diajarkan untuk mencintaikah saya? Atau diajarkan untuk membencikah saya? Ditinggalkan untuk menunggu? Atau mungkin; meninggalkan lagi? Banyak pertanyaan yg muncul di angan-angan. Menunggu untuk dijawab. Menunggu diselesaikan.